Rabu, 18 November 2009

Variasi Metode Pembelajaran

VARIASI METODE PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Maka metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni metha, berarti melalui, dan hadats artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya. Dalam metodologi pengajaran agama Islam pengertian metode adalah suatu cara (seni) dalam mengajar.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan tujuh hal, yaitu: a). Sifat dari pelajaran; b). Alat-alat yang tersedia; c). Besar atau kecilnya kelas; d). Tempat dan lingkungan; e). Kesanggupan guru; f). Banyak atau sedikitnya materi; dan g). Tujuan mata pelajaran.
Metode Pendidikan Islam didasarkan pada al-Qur’an yang menyajikan berbagai metode yang sangat variatif. Metode yang terdapat dalam al-Qur’an tersebut didasarkan pada objek pendidikan. Diantara metode-metode tersebut akan dikaji dalam makalah ini.

B. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Metode Pendidikan Islam
1. Metode Qishah QS. Yusuf [12]: 3
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَـذَا الْقُرْآنَ وَإِن كُنتَ مِن قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah (termasuk) diantara orang-orang yang belum mengetahui.”
2. Arti Mufrodat
Kami menceritakan نَقُصُّ
Kisah yang paling baik أَحْسَنَ الْقَصَصِ
(Termasuk) diantara orang-orang yang belum mengetahui لَمِنَ الْغَافِلِينَ



3. Asbab al-Nuzul
Al-Hakim meriwayatkan suatu hadits yang bersumber dari Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa setelah sekian lama turun ayat-ayat al-Qur’an kepada Nabi saw dan dibacakan kepada para sahabat, mereka berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana jika Anda bercerita kepada kami?” Maka Allah menurunkan surat Az-Zumar ayat ke-23, yang menegaskan bahwa Allah Swt telahmenurunkan sebaik-baik cerita. ..“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur’anyang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanyakulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, dan menjadi tenang kulitdan hati mereka tatkala mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengankitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yangdisesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.”
Menurut Ibnu Abi Hatim, para sahabat masih bertanya lagi, “Ya Rasulullah,bagaimana kalau Anda mengingatkan kami?” Atas dasar permintaan itu, Allah Swt menurunkan surat al-Hadiid ayat ke 16, yang pada intinya menegaskanbahwa telah banyak ayat al-Qur’an yang diturunkan Allah swt agar merekamenundukkan diri kepada-Nya. Ayat itu selengkapnya berbunyi: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepadamereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telahditurunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atasmereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara merekaadalah orang-orang yang fasiq.”
Menurut riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas, dan riwayat Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, bahwa para sahabat masihterus berkata, “Ya Rasulullah, bagaimana jika Anda menceritakan sesuatukepada kami?” Atas dasar permintaan ini, maka Allah Swt menurunkan surat Yusuf ayat 3, yang menegaskan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat kisah-kisah yang baik sebagai teladan bagi kaum Muslimin.

C. Penjelasan
Pendidikan Islam, tentunya tidak akan terlepas dari “Panduan” ajaran Islam itu sendiri yakni al-Qur’an. Dalam konsep pendidikan Islam, maka harus melihat segala sesuatunya dari sudut al-Qur’an dan as-Sunnah. Metode dalam pengajaran juga termasuk ke dalam kurikulum pendidikan. Dan pendidikan agama Islam, harus mengacu kepada al-Qur’an, tulisan ini berusaha menggali konsep dan asa pendidikan Islam khususnya menyangkut metode pengajaran yang ada dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana dalam beberapa ayat al-Qur’an, metode memiliki kaitan yang amat luas. Thariqah atau metode yang digunakan tersebut, terkadang di dalam al-Qur’an, dilihat dari segi objeknya, sifatnya, fungsinya, akibatnya dan sebagainya. Hal ini berarti di dalam al-Qur’an terdapat perhatian yang luar biasa tinggi. Dan dengan demikian al-Qur’an lebih menunjukannya dengan isyarat-isyarat yang memungkinkan dilakukan dan dikembangkan lebih lanjut. Akan tetapi, dalam hal ini al-Qur’an tidak menunjukkan arti dari metode pendidikan secara tersurat, akan tetapi tersirat, hal ini karena memang al-Qur’an bukan ilmu pengetahuan tentang metode. Dan pemahaman sangat dituntut dalam menemukan pengertian yang macam-macam.
Dalam Bahasa Arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata (الطريقة), (منهج), dan (الوصيلة). (الطريقة) berarti jalan, (المنهج) berarti system dan (الوصيلة) berarti mediator. Dengan demikian kata arab yang dekat dengan arti metode adalah (الطريقة). Kata serupa dengan kata (الطريقة) ini banyak dijumpai dalam al-Qur’an. kata (طريقة) diulang sebanyak 11 kali.
Bertolak dari pandangan tersebut, al-Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam tata cara menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain adalah:

1. Metode kisah
Jika kita mempelajari surat Yusuf secara utuh, kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Ada beberapa rahasia yang perlu kita dalami ketika kita membaca surah ini. Pertama, bahwa surat Yusuf, mulai dari ayat pertama hingga ayat terakhir menceritakan secara utuh berbagai peristiwa yang dialami oleh Nabi Yusuf, baik ketika masih kecil, ketika remaja, maupun pada saat dewasa. Jika kisah-kisah para nabi yang lain diceritakan oleh al-Qur’an dalam berbagai ayat yang bertebaran di mana-mana, maka kisah Yusuf ini diceritakan secara utuh dalam satu surah.
Surah ini memuat 111 ayat. Tidak semua Nabi dikisahkan dalam al-Qur’an. Di antara 25 Nabi yang kisahnya banyak diceritakan al-Qur’an antara lain Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Zakaria, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad saw. Beberapa Nabi yang lain dikisahkan secara singkat dan padat. Malah ada sebagian yang hanya disebut namanya saja. Tentu saja Allah telah memilihkan beberapa kisah Nabi yang paling banyak mengandung pelajaran dan ibrah bagi kehidupan manusia yang terlahir setelah al-Qur’an diturunkan ke bumi. Keistimewaan lain, bahwa ketika Allah hendak memulai bercerita tentang nabi Yusuf, Dia memulainya dengan kalimat, “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)
Dalam penutupnya juga disampaikan hal serupa, yaitu penegasan bahwa kisah ini merupakan kisah terbaik yang pernah ada di muka bumi. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya dan menjelaskan segalasesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Surah Yusuf: ayat 111) Kisah Nabi Yusuf diapit dua ayat yang meminta perhatian kaum muslimin. Ayat pertama memberitahukan bahwa kisah ini merupakan the best history, sedangkan ayat kedua menyampaikan bahwa di dalam kisah ini terdapat pelajaran yang sangat penting untuk dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Masalahnya sekarang, begitu pentingkah kisah ini sehingga Allah Swt memberikan tekanan-tekanan yang begitu hebat? Jika memang demikian, dimana letak rahasianya sehingga kita bisa mengambil pelajaran darinya?
Dua pertanyaan di atas menggoda kita untuk segera mengikuti kisah ini dari awal hingga akhirnya. Akan tetapi melalui tulisan ini dapat disimpulkan bahwa pada kisah Nabi Yusuf terdapat pergumulan hidup yang lazim terjadi pada setiap manusia dalam kehidupan sosialnya. Baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun negara
Dalam keluarga, Nabi Yusuf harus rela menjadi korban kekerasan saudara-saudara kandungnya sendiri justru karena dianggap sebagai rival. Di sini ada persaingan antara saudara, iri hati, dendam, dan kekerasan sekaligus. Akibatnya Yusuf harus rela ditenggelamkan dalam perigi dalam suatu usaha pembunuhan berencana oleh saudara-saudaranya. Usaha pelenyapan ini semata-mata didasarkan suatu kepentingan, yaitu menghentikan kasih sayang sang ayah yang dalam pandangan mereka terlalu berpihak kepada Yusuf, si bungsu.
Setelah Yusuf selamat dari usaha pelenyapan ini, ia harus menjalani hidup keras sebagai pelayan dari satu majikan ke majikan yang lain. Karena keterampilan, keramahan, ditambah dengan wajahnya yang tampan, Yusuf tidak sekadar menjadi pelayan biasa, tapi pelayan yang istimewa. Terlebih ketikaia berada di lingkungan istana. Walaupun statusnya sebagai pelayan, tapi ketampanan wajahnya membuat para wanita tergila-gila kepadanya. Salah satu wanita yang tergila-gila tersebut adalah permaisuri menteri raja.
Zulaikha yang cantik selalu berusaha menggoda Yusuf dengan berbagaicara, sampai pada suatu hari, ketika Yusuf berada di suatu bilik sendirian, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Zulaikha. Apalagi setelah mengetahui bahwa si cantik itu mengunci pintu bilik. Sebagai lelaki normal, Yusuf tertarik juga pada penampilan Zulaikha yang cantik, anggun, dan tampak berkepribadian. Ketika dipaksa melayani Zulaikha, hati Yusuf juga terbakar asmara. Hanya karena pertolongan Allah saja sehingga ia tidak melakukannya. Tentang getaran hati Yusuf itu Allah menyebutnya dalam al-Qur’an: “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari Tuhannya). Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itutermasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Surah Yusuf: 24)
Karena peristiwa ini, Yusuf harus rela dikorbankan. Meskipun berbagai bukti telah menujukkan bahwa Yusuf tidak bersalah dalam kis ini, tetapi ia harus rela dipenjarakan. Nampaknya sejak dahulu kala, penjara bukanhanya tempat bagi orang yang bersalah, tapi juga tempat orang-orang yang dipersalahkan hanya karena memegang prinsip kebenaran itu sendiri. Yusuf adalah contohnya. Sejak dahulu kala, status sosial bisa mempengaruhi sebuah keputusan pengadilan.
Ketika Yusuf menolak perintah majikannya, yaitu melayani keinginan nafsu syahwatnya, berarti ia telah memilih alternatif kedua, yaitu hukuman. Dalam hal ini penjara telah menantikan kehadirannya. Akan tetapi Yusuf tampaknya lebih menyukai penjara daripada menuruti nafsu bejat wanita tersebut. Karenanya,Yusuf berdoa kepada Allah: “Yusuf berkata, `Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripadamemenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung (untuk memenuhi keinginan mereka)dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Surah Yusuf: 33)
Bagi orang seperti Yusuf, penjara bukan tempat untuk menyerahkan nasib. Penjara adalah istana tempat untuk berkontemplasi, menjalin hubungan intim dengan kekasih yang Maha kasih, yaitu Rabbul `Izzati. Di penjara ini ibadahnya semakin mantap, di samping kegiatan dakwahnya yang tidak terhenti. Kepada sesama pendakwah, Nabi Yusuf memberikan pelajaran dan dakwah Islam. Tak sedikit yang kemudian menjadi pengikut setianya. Yang baik akan tampak, yang buruk juga akan terbukti.
Siapa yang salah dan siapa pula yang benar, akhirnya sejarah membuktikan. Sejarah akan selalu berpihak kepada yang benar, walaupun kelihatannya kebenaran selalu dikalahkan. Nabi Yusuf terbukti bersih dari segala tuduhan dan akhirnya dibebaskan. Pembebasan ini sekaligus membersihkan namanya, yang sesungguhnya tak pernah tercemar. Tak hanya itu, Yusuf langsung diangkat sebagai menteri yang memiliki kekuasaan sangat besar. Tentang hal ini Allah Swt mengungkapkannya: “Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang kami kehendaki dan kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Surah Yusuf: 56)
Alangkah banyaknya tokoh yang sebelum sampai di puncak kekuasaannya terlebih dahulu harus melewati masa-masa kritis sebagaimana yang dialami oleh Nabi Yusuf. Hanya orang-orang bodoh saja yang menyia-nyiakan kesempatan ketika di penjara. Penjara bukan akhir dari segala-galanya. Suatu saat Allah membalikkan keadaan. Yang semula di penjara bisa jadi tinggal di istana. Sebaliknya, yang asalnya di istana terpaksa harus betah di penjara. Inilah isi dunia. Pergumulan hidup selalu melingkar pada tiga hal, yaitu kriminalitas, seksual, dan perang atau kekuasaan. Itulah yang selalu menarik dan menjadi perhatian seluruh manusia. Film menjadi laris, televisi banyak diminati rakyat, dan radio digemari karena selalu mengemasi ketiga berita di atas. Dan itu semua telah diceritakan Allah dalam al-Qur’an dengan mengambil kisah Nabi Yusuf.
Cerita ataupun kisah sebagaimana tersebut di atas bisa dijadikan metode pendidikan. Allah menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia bisa berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut.




Fungsi cerita dalam Al-Qur'an:
a. Sebagai media berfikir manusia
b. Sebagai informasi sejarah agar manusia tahu tentang peristiwa masa lalu, tabiat manusia, peradaban yang pernah dibangun pada zamannya sehingga manusia dapat mengambil pelajaran padanya.
c. Cerita sebagai berita tentang suatu hal yang akan terjadi, seperti deskripsi tentang hari kiamat.
d. Cerita sebagai penjelasan terhadap sesuatu yang ghaib, seperti cerita Malaikat pencabut nyawa (QS. Az-Zariat).
e. Cerita sebagai pendidikan akal ilmiah
f. Cerita sebagai pendidikan moral dan sebagai tolak ukur sebuah norma sosial.
g. Cerita sebagai pelajaran.
h. Cerita sebagai kabar gembira dan peringatan.
2. Metode Perumpamaan (Amtsal)
وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً رَّجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لاَ يَقْدِرُ عَلَىَ شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّههُّ لاَ يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus? (QS. An-Nahl [16]: 76)

Ayat ini menjelaskan tentang seorang laki-laki bisu (orang bodoh) yang hidupnya hanya menjadi beban bagi orang lain dan tidak memberi manfaat apapun bagi manusia sekitarnya, orang tersebut tentu saja berbeda dengan orang yang selalu menyuruh berbuat keadilan (orang alim). Ayat ini merupakan perumpamaan perbedaan fungsi antara orang bodoh dan orang yang alim yang selalu memberikan kebajikan kepada orang lain.
Perumpamaan dilakukan oleh Allah SWT. sebagai salah satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada obyek sasaran materi pendidikan semudah mungkin, sehingga kandungan maksud dari suatu materi pelajaran dapat dicerna dengan baik, metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan yang digunakan oleh Allah SWT. sebagai salah satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Menurut Najib Khalid Al-Amin (1994: 139-141), fungsi dari perumpamaan adalah:
a. Memberikan ilustrasi
b. Menginformasikan segi poisitif agar menarik minata atau menginformasikan yang negatif agar menjaujinya.
c. Menjamkan nalar dan mendinamiskan potensi berikir atau meningkatkan kecerdasan.


DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, 2001, Filsafat Pendidikan Islam. Logos. Jakarta
Direktorat Kelembagaan Agama Islam. 1979, Metodologi Pendidikan Dalam Islam. Jakara.
Mulyanto Sumardi, 1997, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang
Muzayyin Arifin, 1987 Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Buna Aksara
Najib Khalid Al-Amin, 1994, Tarbiyah Rasulullah. Gema Insani Press. Jakarta.
Naquib al-Attas, 1988. Konsep Pendidikan dalam Islam. Bandung: Mizan
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi. 1997, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Peter Salim, et-al, 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English
Qurais Shihab, 2004, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan
Ramayulis, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulya
Usman Said dan Jalaludin. 1999, Filsafat Pendidikan Islam. Grafindo Persada. Jakarta
W.J.S. Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar